Pamit (Cerita Pendek)

Gambar
Aku hanya bisa diam memandangnya pergi. Dengan mata yang basah dan tatapan nenar menyesali betapa bodohnya aku menangisi lelaki seperti dia.  Terlihat hanya punggungnya dan dia tidak menoleh lagi. Sepertinya aku benar-benar ditinggalkan. Kalia, begitu teman-teman biasa memanggilku. Aku yang sering galau karena banyak dipermainkan. Memang dipermainkan itu sama sekali tidak menyenangkan. Dan ini bukan yang pertama kali bagiku. Sudah banyak lisan yang berkata bohong dan mata dengan tatapan ingin mengambil untung, tapi bodohnya aku yang masih bisa terbuai. Suatu pagi dengan langit berwarna biru langit dan aku berjalan sendiri dengan pelan tapi pasti. Aku berusaha tidak terlihat galau, tapi apalah daya ekspresi ini sangat familiar di mata teman-temanku. “Hei, Kal!”, suara Dania mengagetkanku. “Sudahlah, sekarang waktunya kamu belajar dari kesalahan Kal, kata Dania. Aku terdiam, bingung harus menjawab apa. Aku mengangguk saja. Belajar dari kesalahan memang hal yang tepat yang harus aku

Alasan Mengapa Orangtua Suka Menjelekkan Anaknya di Depan Orang Lain

Anak-anak generasi 90-an pasti ga asing dengan topik ini. Tidak jarang hal ini dijadikan topik dalam obrolan di tongkrongan maupun di perkumpulan  random. Pasti ada yang pernah mendengar cerita “kenapa ya mamaku / papaku seneng banget jelek-jelekin aku kalo lagi ngobrol sama temennya? Sama tetangga juga” atau “ih temen-temennya mamaku / papaku perasaan kalau cerita soal anaknya yang bagus - bagus, giliran mama / papa certain aku kok yang jelek - jeleknya”.

Doc. Google

Ada sebagian orangtua yang cenderung tidak mau pamer akan hal baik yang anaknya perbuat, akan tetapi tidak jarang anak-anak mudah mengartikan keliru pada cara mendidik orangtua yang satu ini. Orangtua menganggap hal ini adalah baik agar anak - anaknya tidak merasa tinggi hati terhadap orang lain. Berbanding terbalik dengan yang dirasakan anak - anak mereka, walaupun tidak semua merasa ini buruk. Anak - anak merasa berat mendengar kata – kata yang berhubungan dengan perbandingan, karena mereka akan selalu merasa bersalah tidak bisa melakukan apa yang orangtua mereka harapkan. Tapi, apa pernah kalian pikirkan secara seksama tentang alasan yang masuk akal mengenai hal ini?

Berikut adalah sisi positif dan negatif dari cara didik orangtua yang satu ini :

Positif :

1.    Kita bisa menjadi pribadi yang tidak mudah tersanjung akan pujian dan kata – kata yang mengelu – elukan kita;

2.    Kita bisa menjadi lebih introspeksi diri, apa yang salah atau apa yang kurang lalu memperbaikinya dengan keinginan kita sendiri dan setulus hati;

3.    Kita bisa menjadi tahan banting dengan perkataan buruk yang kemungkinan akan kita dengar lagi;

4.    Bagi orangtua, hal ini menjadi tameng agar kejelekan anaknya tidak terlihat buruk dimata orang lain, karena orangtua dapat menerima, ditandai dengan orangtua mampu mengatakannya di depan umum;

5.    Mengatakan kejelekan dari apa yang anak miliki secara tidak langsung memiliki maksud menyinggung lawan bicara agar tidak berlebihan membanggakan anak dan menjadikannya terlihat sombong.

Negatif :

1.    Bagi sebagian anak, hal ini dapat membuatnya tidak percaya diri dan cenderung minder di hadapan teman – temannya;

2.    Berawal dari rasa tidak percaya diri, terkadang dapat menjadikan anak enggan memperbaiki diri karena merasa bahwa orangtuanya tidak menghargainya dalam melakukan sebuah usaha;

3.    Alih- alih menjadikan anak tahan banting, hal ini dapat menjadikan anak pasrah karena tidak memiliki keyakinan bahwa dia bisa melakukan lebih dari itu.

Lalu, bagaimana cara agar sisi positif yang tertanam dalam benak anak dan mengurangi bibir – bibir lemes yang mudah sombong?

1.    Berikan pengertian yang mudah diterima oleh anak, mengapa orangtua melakukan hal itu;

2.    Berikan semangat dari belakang, selalu tanamkan mereka bisa melakukan yang terbaik dan hasil yang terbaik tidak perlu disombongkan kepada orang lain.

Kesimpulannya adalah, sebagai orangtua harus dapat memilih cara didik yang baik untuk anak – anaknya dan dapat memberikan alasan yang dapat diterima mengapa orangtua melakukannya. Sebagai anak, agar tidak selalu memiliki pikiran negatif terhadap apa yang orangtua lakukan, pikirkan sisi positifnya juga agar semua dapat seimbang dan dapat berjalan dengan baik. Semua yang orangtua lakukan pasti untuk kebaikan anak – anaknya, dengan cara dan kapasitas orangtua masing – masing. Tugas anak adalah mengikuti bimbingan orangtua dan membahagiakan orangtua dengan cara kita masing – masing. Bila ada hal yang mengganjal dan merasa kurang tepat dapat dibicarakan baik – baik agar dapat segera diselesaikan dengan mudah.

Dalam hal mendidik dan dididik sebaiknya tidak ada yang merasa menggurui dan digurui, karena baik orangtua maupun anak adalah sama – sama belajar. Orangtua dapat mengambil hikmah bila ada hal yang dirasa keliru dan dapat diperbaiki kedepannya, begitupun anak yang suatu saat nanti akan menjadi orangtua juga. Anak dapat belajar dari apa yang dialaminya, diambil yang baik dan dibuang yang buruk. Tanpa orangtua anak tidak akan menjadi apa – apa dan tanpa anak orangtua tidak memiliki media untuk belajar mendidik.

Komentar

Posting Komentar

Berikan komentar yang sesuai dengan tata aturan yang berlaku..

Postingan populer dari blog ini

Pamit (Cerita Pendek)

Apa Tulisanku Bisa Bermanfaat Untukmu?

Alas Kardus Budi (Cerita Pendek)